Kamis, 07 Mei 2009

Sehelai Kertas Kesedihan

Oleh : Mas Endro

“Aku awali surat ini dengan nama sang Raja yang memberikan kehidupan kepada jiwa dan pertolongan kepada hati. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu dan keadilan-Nya adalah mutlak. Dia melihat dan mendengar segala sesuatu bahkan do’a makhluk-makhluk yang tak dapat berbicara sekalipun. Dialah yang membagi dunia ini menjadi tenang dan gelap. Dialah yang memberikan kepada seluruh makhluk segenap waktu yang telah ditentukan di atas muka bumi, dari burung di udara sampai kepada ikan di kedalaman samudera. Dia telah menghiasi bumi dengan umat manusia dari beragam suku dan warna. Dia telah meniupkan ruh-Nya kepada setiap laki-laki dan perempuan, dan Dia telah menyinari setiap jiwa dengan obor akal pikiran, sehingga seluruh hamba-Nya dapat meraih keselamatan.
Ini adalah sehelai kertas kesedihan, yang dikirim oleh jiwa yang dipenuhi oleh duka cita kepada jiwa yang lainnya. Ia dating dariku, seorang tawanan, dan ditujukan kepadamu, kau yang telah berhasil menghancurkan belenggumu dan meraih kemerdekaan. Sudah berapa lamakah, kasihku, aku mengikatkan tali cintaku padamu? Berapa banyak hari-hari tanpa makna, berapa banyak malam yang dipenuhi oleh air mata berlalu sejak itu?
[…]
Dan jangan bersedih! Jangan biarkan hatimu mencucurkan air mata darah, dan jangan berpikir bahwa kau sendirian dan tidak memiliki teman di dunia ini. Bukankah aku temanmu? Apakah kenyataan bahwa aku ada disini untukmu tidak meringankanmu? Janganlah kau, duhai cintaku, mengeluh bahwa kau sendirian. Ingatlah Dia yang menciptakanmu. Ingatlah bahwa Tuhan adalah teman bagi mereka yang tidak memiliki teman.
Kau berduka untuk ayahmu dan airmatamu jatuh separate hujan di musim semi, tapi ingat ini : ayahmu boleh tiada, tapi anaknya tidak! Batu boleh terbelah dan remuk, tapi permata berharga yang terbungkus olehnya telah menggelinding bebas!
Share This
Subscribe Here

0 comments:

Posting Komentar